RSS

Senyuman Pelipur Hati

Aku akan sedikit bercerita tentang ibu. Rasanya tak ada bosan kalau membahas tentang beliau. Ibu selalu mensupport apa yang mau aku kerjakan. Ibu berusaha memenuhi setiap pintaku. Ibu selalu membawaku kemana pun beliau pergi.

Masih berbekas dalam ingatanku, ketika kecil setiap mau tidur, aku diajari untuk baca doa-doa pendek oleh beliau. Diajari ilmu kehidupan, apa artinya kehidupan, pengorbanan, kasih sayang, dan cinta. Yah, Ibu memang guru pertama. Ibu tak pernah lelah dan bosan mendengarkan celotehan “dini kecil”, yang selalu ingin tau. Walaupun lelah, setelah seharian berjalan meminta kredit pada pelanggan. Terkadang aku sering dibawa oleh Ibu. Sambil menenteng 2 tas yang berisi pakaian anak-anak, kain sarung, dan perlengkapan bayi. Yah, dengan itulah kami memenuhi kebutuhan hidup.

Umur 5 tahun, aku pun pindah ke Bayua, Maninjau. Di sana aku sekolah TK. Tiap pagi subuh, dinginnya air terasa sejuk dibadan, sambil mendengarkan alunan suara merdunya adzan. Pagi-pagi subuh kita sudah mulai mempersiapkan diri, dengan diterangi oleh lampu semprong atau “lampu togok” bahasa minangnya, karena memang belum ada cahaya listrik yang menerangi rumah kami. Setelah semuanya mandi, ibu mempersiapkan sarapan dengan ditemani teh hangat dan pisang goring, terkadang dengan “roti gabin”. Suatu ketika kami sarapan pagi, langit masih enggan untuk bersinar, “dila kecil” adekku yang hanya berjarak satu tahun mengambil makanan, dan tanpa sadar pipi halusnya mengenai kaca semprong yang panas. Huuuhhh, Dila hanya meringis kesakitan, ketika kita bertanya “iya, de’a? kanai semprong lampu? Ya Allah.. ” (Iya, kenapa? Kena semprog lampu? Ya Allah). Ketika kita semua sadar, awalnya Dila hanya diam menahan sakit, akhirnya pecah juga tangisannya di pagi yang sejuk itu. Cepat tanggap ibu mengambil pepsodent untuk mengobati pipinya, dengan penuh kasih sayang.



Disini sangat benyak sekali pengorbanan yang telah dilakukan ibu. Kesabaran dan keikhlasan ibu diuji. Ibu harus bolak balik Bayua-Tiku setiap Rabu dan Kamis, untuk minta kredit pelanggan. Subhanallah begitu kuatnya Ibu. Walaupun begitu, tetap senyuman manismu tetap terpancar di wajahmu yang sendu. Yah, sejak ayah tidak memiliki pekerjaan tetap, Ibulah yang berjuang gigih untuk mencari uang dalam memenuhi kebutuhan hidup. Yah, ibu selalu menyembunyikan kepenatannya dalam mencari sesuap nasi. Walaupun lelah, ibu selalu menjalankan perannya. Mendidik aku menjadi gadis yang tak cengeng, gadis yang harus bersabar dan ikhlas menjalani hidup.

Yah, Ibu. Perempuan tangguh yang pertama kali kukenal. Tak ada kata putus asa, tak ada kata menyerah demi kebahagiaan anak-anaknya. Ketika bulan ramadhan datang, sejak umur 5 tahun aku sudah diajari untuk berpuasa. Alhamdulillah aku hanya 1 hari gak puasa, itu pun karna ajakan “Rahmi” sahabat kecilku. 
Sungguh onak duri kehidupan dan asam garam kehidupan itu telah kulalui sejak aku balita. Dan sampai sekarang masing terngiang-ngiang di telinga.

Ibu, I Love u….
I Love u Forever, because Allah…
Aku akan jadi anak soleha, untuk membalas jasamu Ibu. Aku tak akan pernah berhenti belajar dan mengkaji ilmu Allah.
Akan membawamu ke Syurga-Nya Allah, dan kita bermain-main di taman syurga. Aamiin….

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar