RSS

PERKOKOH KESABARAN, GIATKAN DAKWAH

Wawancara dengan :
Rokhmat S Labib, Ketua DPP HTI


Ramadhan adalah bulan mulia. Rakyat seharusnya menyambut dengan suka cita. Namun apa daya, justru kaum Muslim kian terjepit di bulan penuh berkah ini. Berbagai kesulitan muncul. Harga-harga melambung. Sementara negara seolah diam saja. Mengapa ini semua terjadi? Dan seharusnya bagaimana Islam memandang persoalan keumatan tersebut? Wartawan Tabloid Media Umat Joko Prasetyo mewawancarai Ketua DPP HTI Rokhmat S Labib. Berikut petikannya.

Kondisi umat Islam pada Ramadhan ini sepertinya tak berubah. Pandangan Anda?
>> Ya, masih belum beranjak jauh dari tahun-tahun sebelumnya. Belum ada solusi tuntas atas berbagai problem yang mendera. Kesulitan ekonomi terus menghimpit, kondisi politiknya carut marut, sementara kemaksiatan tetap merajalela. Pendek kata, nasib mereka belum banyak berubah. Realitas ini juga dialami oleh umat Islam di negeri-negeri yang lain.


Banyak yang mengeluh karena setiap Ramadhan harga-harga sembako dan lain-lain naik. Ditambah lagi dengan biaya pendidikan yang semakin mahal?
>> Tentang kenaikan harga sembako, tentu banyak penyebabnya. Namun yang pasti, pemerintah seharusnya turun tangan dan melakukan sejumlah langkah untuk mengatasinya agar tidak menambah beban rakyat yang sudah berat. Sesungguhnya ini bukan sesuatu yang sulit. Sebab, problem ini selalu berulang pada setiap bulan Ramadhan.
Sedangkan biaya pendidikan yang semakin mahal, seharusnya tidak boleh terjadi. Lantaran, pendidikan merupakan salah satu kewajiban negara yang harus diberikan kepada rakyatnya. Ketika itu dibebankan kepada rakyat seperti sekarang, tentu menambah beban hidup rakyat yang sudah berat. Dan ini! benar-benar dirasakan oleh mereka yang hidupnya kekurangan. Sehingga Ramadhan yang seharusnya disambut gembira, justru diwarnai dengan keprihatinan dan kepedihan.

Kalau untuk mengatasi harga barang-barang yang melambung, bolehkah pemerintah melakukan penetapan atau pembatasan harga?
>> Tidak boleh. Dalam fiqh, kebijakan tersebut dikenal sebagai tas’ir, pematokan harga. Pada masa Rasulullah SAW pernah terjadi harga-harga sedang membumbung tinggi. Ketika beliau diminta untuk melakukan tas’ir, pematokan harga, beliau menolak.
Bahkan beliau menyebut bahwa tas'ir merupakan kezaliman, sedangkan segala bentuk kezaliman adalah haram. Atas dasar itu, maka tas’ir hukumnya haram dan tidak boleh dilakukan oleh penguasa.

Lantas apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah?
>> Masih banyak langkah lain yang bisa ditempuh pemerintah agar harga barang-barang tetap murah. Kalaupun terjadi kenaikan, tetap bisa dijangkau masyarakat. Negara bisa memberikan subsidi kepada barang-barang yang mahal.
Negara juga bisa membeli barang-barang tersebut, kemudian menjualnya kepada rakyat, terutama kalangan tidak mampu dengan harga lebih murah. Bisa juga negara memproduksi barang-barang tersebut, atau memberikan modal kepada sebagian rakyat untuk memproduksinya sehingga jumlah barang bertambah. Ketika itu terjadi, harga akan turun sesuai dengan hukum penawaran dan permintaan.

Membiayai pendidikan, mensubsidi harga barang, wah, berarti membutuhkan dana yang amat besar. Apakah negara akan mampu untuk itu semua?
>> Pertama, persoalan sebenarnya bukan mampu atau tidak mampu. Yang penting justru, apakah negara mau melakukannya atau tidak. sebagai buktinya, untuk membayar cicilan utang berikut bunganya saja, pemerintah mampu menganggarkan sekitar 30 persen dari APBN. Jika untuk membayar utang saja bisa, tentunya untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya mestinya lebih bisa.
Kedua, jika yang digunakan adalah APBN yang sekarang berlaku, tentu akan sangat berat. Sebab, lebih dari 70 persen penerimaan berasal dari pajak. Padahal negeri ini memiliki sumber daya alam yang sangat kaya raya. Namun semua kekayaan itu justru banyak dinikmati oleh perusahaan¬-perusahaan asing. Pasalnya, pengelolaan tambang-tambang minyak, batubara, emas, dan lain sebagainya itu diserahkan kepada swasta. sementara negara hanya mendapatkan bagian yang sangat minim, yakni dari sharing profit dan pajaknya.
Tentu lain jika semua kekayaan dikelola oleh negara sebagaimana diwajibkan oleh Allah SWT. Negara akan mendapatkan pendapatan yang sangat besar dari itu. Oleh karena, APBN yang kapitalistik ini harus dirombak total menjadi APBN Khilafah.
Hasil dari pengelolaan kekayaan tersebut bukan saja dapat membiaya pendidikan, dan mengentaskan kemiskinan, tetapi juga dapat membiayai kesehatan dan fasilitas publik lainnya. Karena dalam Islam, sumber daya alam yang melimpah itu merupakan kepemilikan umum yang tidak boleh dijual kepada swasta apalagi asing. Negara wajib mengelolanya, kemudian mengembalikan hasilnya kepada rakyat, sehingga rakyat balk miskin ataupun kaya dapat menikmati pendidikan dan kesehatan gratis.

Kembali ke Ramadhan, apa yang harus dilakukan rakyat agar tetap khusyu beribadah meskipun dalam suasana penuh keprihatinan ini?
>> Kesabaran harus dikokohkan. Meskipun dalam keadaan susah dan menderita, harus tetap berpegang teguh kepada syariah. Dalam keadaan seperti ini, taqarrub kepada Allah SWT justru harus semakin ditingkatkan. Berbagai ibadah yang diperintahkan dilaksanakan.
Sebab, hanya kepada Allah SWT kita wajib menyembah, meminta, dan berserah diri. Hanya Dia Ash Shamad, tempat bergantung bagi semua makhluk-Nya. Dia pula yang memberikan jalan keluar bagi hamba yang bertakwa kepadaNya.
Oleh karena itu, Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik¬baiknya untuk bertaqarrub kepada-Nya. Termasuk dengan berjuang keras menegakkan syariah dan khilafah. Karena hanya dengan syariah dan khilafah, berbagai problem seperti yang dialami sekarang dapat diatasi.

Jadi tidak cukup dengan memperbanyak amalan-amalan sunah?
>> Berbagai amalan-amalan sunah tentu tetap dijalankan. Namun tidak boleh merupakan amalan yang diwajibkan. Menegakkan syariah dan khilafah merupakan min a'zham al waajibaat, termasuk kewajiban yang paling agung. Oleh karena itu, pada bulan Ramadhan ini perjuangan untuk menegakkan syariah dan khilafah harus semakin keras dilakukan.
Insya Allah, perjuangan ini akan mendapatkan sambutan lebih besar dari umat. Sebab, pada bulan Ramadhan, keimanan umat sedang mengalami kenaikan. Masjid-masjid juga lebih banyak jamaahnya. Berbagai kajian Islam juga marak diadakan. Umat mau meluangkan waktunya untuk belajar dan memperdalam Islam.
Oleh karena itu, para pejuang syariah dan khilafah harus lebih giat menyampaikan dakwahnya ke tengah umat di bulan penuh berkah ini.

Agar umat lebih bersemangat, bisa disebutkan fadhilahnya?
>> Berdakwah merupakan amal yang amat mulia. Alquran menyebut dakwah sebagai ahsan qawlan, perkataan yang paling baik. Rasulullah SAW juga memberitakan bahwa orang yang menunjukkan kepada kebaikan akan mendapatkan semisal pahala orang-orang yang mengerjakannya.
Terlebih dakwah menegakkan syariah dan khilafah. Rasulullah SAW menyebut kalimah haqq, perkataan yang haq yang disampaikan kepada penguasa yang zalim sebagai afdhal al jihad, seutama-utamanya jihad.
Tentu dengan nasihat itu agar penguasa yang zalim itu mau bertaubat dan kembali kepada Islam. Ini semua menunjukkan betapa besarnya keutamaan dakwah mengembalikan khilafah, institusi yang menerapkan syariah secara kaffah.
Jika aktivitas ini dikerjakan di bulan Ramadhan, tentu pahalanya lebih besar lagi. Oleh karena itu, sekali lagi, Ramadhan harus diisi dengan padatnya aktivitas dakwah dan perjuangan untuk menegakkan syariah dan khilafah.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar