RSS

Disaat Apakah Kita Ketika Ajal Datang Menjemput?


Apakah kita harus menunggu waktu untuk didoakan ?

Malam ini otakku terus berputar pada satu poros. Membuatku tak konsentrasi untuk mengerjakan tugas dan belajar untuk UTS esok hari. Aku memikirkan tentang kematian. Umur yang semakin bertambah, daya tangkap yang mulai menurun, kemampuan mengingat, daya tahan tubuh, dan kekuatan fisik pun sudah melemah. Aku pun tahu kalau kematian itu akan dialami oleh setiap manusia. Setiap makhluk-Nya akan kembali ke pangkuan-Nya. Terdapat dalam firman Allah dalam QS. surat Ali Imran  [3] : 185 “Setiap yang bernyawa pasti mati”.Ini adalah Qadha-Nya, kita harus ikhlas dan ridho. Kecemasan ini membuatku ingin meneteskan air mata. Tapi dia tak mau jatuh di pelupuk mata, tetapi dalam hati sudah rapuh dan meleleh.

Banyak fakta membuktikan bahwa yang mengalami kematian itu adalah bayi, anak kecil, remaja, dewasa, orang tua, wanita, laki-laki. Kita sedang belajar, sedang bermain bola, sedang tidur, sedang berkendaraan, sedang kuliah, berbaring di rumah sakit, sedang pesta, mencangkul di sawah, berdakwah, berjihad. Yah, kita tidak bisa mengetahui kapan kematian menjemput. Pada waktu ajal seseorang datang, pada saat itulah kematian. Artinya pada saat batas usia seseorang yang ditetapkan Allah telah sampai, saat itulah ia meninggal tanpa dapat ditangguhkan lagi walau sekejab saja. Sebab kematian itu adalah datangnya ajal dari Allah. Allah memberitahukannya dalam surat cinta-Nya QS. Ali Imran [3]: 145: 
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya”

Banyak orang yang takut ketika datang ajal menjemput. Tetapi kalau dilihat, orang yang takut sama yang tidak takut adalah sama saja yaitu akhirnya akan mengalami kematian juga. Takut atau tidak itu tidak akan memberikan pengaruh terhadap cepat atau lambat datangnya kematian. Jadi kita tidak perlu takut ketika ajal itu datang, tetapi yang perlu ditakutkan adalah keadaan saat datangnya ajal. Ketika kita sedang bermaksiat, kemudian ajal itu datang, maka kita bisa dipastikan mendapatkan siksa di neraka kelak. Begitu sebaliknya, jika kita sedang melakukan kebaikan maka akan mendapatkan pahala disisi Allah dan mendapatkan Syurga-Nya.

Sebelum kematian itu datang, maka kita harus mempersiapkannya. Mempersiapkan aqidah yang jernih dan lurus, ketaatan pada Allah dan Rasul, serta amal shalih yang bersandarkan pada Alqur’an dan As-Sunah.

Ketika aku mati, amalan apa yang sudah dipersiapkan? Aku takut ketika nyawaku diambil oleh malaykat Izrail, aku berada dalam keadaan tidak mendekatkan diri pada-Nya, aku takut aku berada di dalam kekhilafan. Aku adalah insan yang lemah, memiliki segala keterbatasan, dan gampang melakukan kesalahan. Ya Allah, di malam ini setelah turunnya hujan. Aku memohon agar ketika aku menghadap-Mu, aku berada dalam kondisi keimanan yang kuat. Dalam keadaan beribadah pada-Mu, dalam keadaan menyiarkan agama-Mu. Ini pintaku ya Allah. Aku ingin menjadi bagian ummat Rasulullah yang mana ketika bangun di pagi hari selalu memikirkan nasib saudaranya. Astaghfirullah…

Ya Allah, ampunilah dosa hamba-Mu yang dhoif ini. Hamba yang berlumur dosa. Masih banyak kelalaian yang hamba lakukan, masih ada kedengkian didalam diri hamba. Maka hilangkan semua sifat-sifat jelek hamba. Hamba ingin menjadi ummat-Mu yang Engkau tinggikan derajatnya. Aku ingin bertemu dengan-Mu ketika di akhirat kelak, ingin bertemu dengan kekasih-Mu yaitu baginda Rasulullah SAW, dan keluarga hamba beserta sahabat-sahabat hamba.

Mudahkanlah lisan hamba untuk menyampaikan kebenaran, perkuat daya tangkap hamba, bisa berfikir lebih cepat dan strategis. Berikan hamba kekuatan dalam memikul amanah-amanah ini ya Allah. Jangan pernah mengurangi amanah hamba. Tuntun hamba untuk bisa memanajemen diri dengan baik, agar targetan jangka pendek dan jangka panjang hamba bisa dikabulkan.

Ya Allah, sebelum kematian menjemput maka selalu ingatkan hamba akan kematian itu dan tentang akhirat. Ketika hamba yakin kalau kematian itu datangnya adalah pasti, maka hamba pun mengimani adanya akhirat. Hari penghisapan segala amal. Kehidupan abadi, kehidupan dimana diputuskannya tempat tinggal sebenarnya, apakah kenikmatan jannatun na’im ataukah neraka jahim?. Sahabat Rasulullah saja, Umar bin Khattab yang terkenal tegas dan kukuh dalam berpegang kepada kebenaran. Beliau selalu ingat akan kematian dan menangis ketika mendengarkan ayat-ayat atau peringatan tentang akhirat. Bahkan cincin yang dikenakannya bertuliskan “Kematian itu sudah cukup sebagai peringatan, wahai Umar!”. Lalu bagaimanakah dengan kita?

Ya Allah ya Tuhanku, aku meminta pada-Mu agar menjaga seluruh perbuatanku senantiasa terikat dengan hukum Syara’. Sesungguhnya aku tau, Engkau Maha Mendengar, Maha Melihat terhadap seluruh perbuatan manusia. Ada malaikat raqib dan Atid yang selalu senantiasa mengawasiku, mencatat semua perbuatanku, baik itu yang ahsan maupun yang bathil. Ya Allah, semoga hamba melakukan perbuatan yang ahsan. Ya Allah, hindarkanlah hamba dari sifat munafik, dari sikap memisahkan kehidupan dunia dengan akhirat. Ketika beribadah sangat khusyuk sekali tetapi sikap itu tidak muncul ketika di kampus, rekreasi, kantor, ruang rapat sidang, berdiskusi menetapkan hukum, duduk di angkot, seenaknya bergaul dengan lawan jenis, dlsb.

Ya Allah, mudahkanlah hamba dalam mempersiapkan amal kebaikan untuk menyongsong kematian yang berbahagia. Agar hamba bisa menikmati nikmatnya Syurga-Mu. Lunakkanlah hati hamba ketika disampaikan kebenaran, hamba bersegera untuk melakukan kebaikan itu. Lunakkan hati hamba untuk bersegera kepada ampunan-Mu yang luasnya seluas langit dan bumi.

Ya Allah, ketika ajal menjemput hamba benar-benar berada dalam ketaatan yang total pada-Mu. Hamba beribadah pada-Mu sampai ajal datang menjemput. Ya Allah, jemputlah hamba ketika hamba berada di dalam keadaan khusnul khatimah. Aamiin allahumma aamiiin

Bogor,  21 Oktober 2012

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar