RSS

Selalu Ada Jalan...


Sungguh nikmat yang tak terkira ketika bisa menemukan cahaya Islam. Hidayah yang akan datang ketika kita mau menjemputnya. Pertama kali menemukan cahaya yang dirindukan ini ketika aku SMA. Waktu itu salah seorang teman mengajak untuk mengikuti kajian, dan aku hanya membalas dengan senyuman. Ajakan mereka tak pernah kugubris walau terkadang aku memikirkannya. Banyak alasan yang aku utarakan pada mereka, sibuk latihan pramuka, belajar sore, dlsb. Dan memang kala itu aku bertanya kepada mereka tentang kajian yang mereka ikuti, tapi mereka hanya menjawab kajian yang membahas tentang Alqur’an dan terjemahan. Kala itu karna kesibukan, aku hanya menjawab kalau memang alqur’an terjemahan masih bisa aku baca di rumah. Sejak saat itu mereka tidak pernah mengajakku lagi.

            Suatu ketika ekskul yang aku ikuti kebetulan SAKA KENCANA yang bergerak dibidang Keluarga dan Remaja mengikuti lomba di provinsi. Dalam lomba ini ternyata ada Cerdas cermatnya sehingga meminta temankuku ini yang kebetulan dia bintang kelas untuk mengikutinya. Dia dengan senang hati ikut dalam perlombaan ini. Dalam perlombaan ini juga memberikan pelatihan kepada para siswa tentang KRR dan memutar video tentang itu. Nah kebetulan mereka mengenalkan alat reproduksi pria dan wanita. Dan alangkah terkejutnya para peserta ketika video itu menampilkan bagaimana bentuk vagina dan buah zakar.

           Aku pun berfikir dan bertanya pada Sahabatku ini, kenapa sampai diperlihatkan begitu gamblang alat kelamin itu. Aku sungguh ilfeel melihat itu. Dan sahabatku ini kemudian menceritakan yang terjadi dan bertanya pada Musyrifahnya apa hukumnya dalam Islam. Beliau mengatakan Islam itu membahas semua hal baik yang berkaitan dengan individu, makanan, minuman, organ tubuh manusia, sampai jual beli. Begitu pula mengenai KRR ini. Islam juga mengajarkan organ tubuh manusia, tetapi tidak menggambarkan secara bla-blakan seperti yang terjadi pada perlombaan itu. Coba kita lihat video Harun Yahya, mengajari kita tentang organ tubuh tetapi hanya memperlihatkan bagian-bagiannya saja, tidak memperlihatkan bentuk yang sebenarnya.

            Sahabatku ini pun menjelaskan padaku. Sejak itu aku mulai memikirkannya, ternyata Islam itu indah. Aku pun selalu sharing sama dia seputar keislaman. Diskusi kita pun berlanjut selama beberapa bulan dan aku meminta untuk ikutan kajian bersama dia. Aku pun dipertemukan dengan Musyrifahnya dan mengikuti kajian.  Aku terkagum-kagum selama ikutan dalam kajian itu. Dalam kajian membahas seputar dunia luar, bagaimana kekejaman AS, HAM yang salah kaprah yang selama ini tak pernah aku pelajari selama belajar di sekolah. Kemudian dalam kajian mingguan ini juga membahas tentang pakain seorang muslimah yang wajib menggunakan jilbab (Al-Ahzab:59). Kita wajib untuk terikat pada hukum syara’, menjalani perintah-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Setiap perbuatan kita ada konsekuensinya dan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Bagaimana siksaan akhirat yang begitu memilukan.

Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya azab yang paling ringan dari penghuni neraka pada hari kiamat ialah seorang yang diletakkan pada kedua telapak kakinya sepotong bara api yang menyebabkan otaknya mendidih” (Mutafaq’alaih)

          Mendengar hal itu aku ketakutan dan ingin bersegera terikat dengan hukum Syara’. Setelah mengikuti kajian, aku benar-benar memilah aktivitas yang aku ikuti. Saka Kencana aku tinggalkan, dan aku beralih ke PERMATA (Perbincangan Remaja Bertaqwa). Setelah itu aku menggunakan jilbab. Permata mengisi di radio tiap minggunya. Sungguh suatu hal yang menantang waktu itu.

          Banyak perubahan yang terjadi padaku. Orang tua di rumah sampai kaget ketika aku memutuskan pakai jilbab. Keluargaku bilang aku nenek, bilang aku kampungan, dan sampai ada yang mengisukan kami mengikuti kajian sesat. Na’udzubillah…. Tapi hal itu tidak membuat kami patah arang. Kami menyebarkan Al-Islam di kelas, walaupun ada yang tidak memperdulikan bahkan ada yang membuangnya. Sungguh sedih hati melihat yang dilakukan teman-teman.  Tapi aku tak pernah menyerah, ketika di sekolah teman-teman tidak menyukai Al-Islam, aku menyebarkannya di angkot ketika pulang ke rumah. Masyarakat mau menerima Al-Islam, sungguh hati senang melihatnya. Ketika sudah menginfakkan diri di jalan dakwah, maka segala sesuatu yang kita lakukan karna Allah akan terasa mudah. Subhanallah….

            Di sekolah teman-teman yang biasanya bermain dan belajar bersama mulai menjauhi. Rasanya tak ada seorang pun yang mendukung. Tapi aku tetap kuat dan bertahan untuk berada di jalan dakwah. Aku menyadari, saat kaki menapaki jalan dakwah merupakan saat pembuktian janji kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketika itu, perjalanan dakwah akan terasa sangat panjang. Dia menyadari bahwa tidak mungkin kembali ke garis start dengan alasan belum siap menghadapi tantangan dan ujian yang menghadang di fase berikutnya. Jika Rasulullah Saw. dan para sahabatnya berargumentasi dengan hal tersebut, tentu perang Badar tidak akan pernah terjadi dan kemenangan yang gemilang itupun tidak akan diraih.

            Seiring waktu berjalan, orang yang selalu aku yakinkan adalah keluarga, terutama Ibu. Walaupun di awal ngaji aku ditentang sama Ibu dan Ayah, lama-kelamaan mereka mendukung dan menjadi penghibur dikala gundah ketika orang-orang tidak mau mengajak kajian. Mereka mensupport bahkan membelaku di depan para tetangga. Alhamdulillah usahaku tak ada yang sia-sia. Orang tuaku ikutan KTU di Padang dan mendukung untuk penegakan Daulah Khilafah Rasyidah. Dan semoga beliau mau menjadi pejuang Islam Tangguh dan disusul oleh adik-adikku. Aaamiiin []Rana Salsabiila

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar